Beranda | Artikel
Menolak dan Melawan Riya
Rabu, 4 September 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Menolak dan Melawan Riya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 29 Safar 1446 H / 3 September 2024 M.

Kajian Tentang Menolak dan Melawan Riya

Pembahasan terakhir kita sampai pada bab Tahrim ar-Riya—tentang larangan dan haramnya perbuatan riya. Riya, sebagaimana telah dijelaskan, adalah ketika seseorang mengerjakan suatu amal kebaikan dengan tujuan untuk dilihat oleh manusia agar dipuji oleh mereka. Jadi, amal itu bukan dilakukan karena Allah, melainkan untuk mencari pujian dari manusia. Semoga Allah melindungi kita dari riya ini, karena perbuatan riya menggugurkan amal ibadah seseorang yang bercampur dengan riya tersebut.

Hadits terakhir yang kita bahas adalah hadits dari Jundub bin Abdillah bin Sufyan Radhiyallahu ‘anhu, di mana beliau berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ الله بِهِ ، وَمَنْ يُرائِي يُرائِي اللهُ بِهِ

“Barang siapa yang mengerjakan suatu amal kemudian ia perdengarkan amal itu kepada manusia agar mereka memujinya, maka Allah akan membuka aibnya di Hari Kiamat (dan mempermalukan di hadapan manusia). Dan barang siapa yang berbuat riya dalam amalnya agar dilihat oleh manusia, maka Allah akan membuka rahasianya dan mempermalukannya di hadapan orang banyak di Hari Kiamat.” (Muttafaqun ‘alaih)

Ini adalah ancaman dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada orang-orang yang, ketika mengerjakan suatu amal ibadah yang seharusnya murni karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, malah melakukannya agar dipuji oleh manusia dengan riya dan sum’ah. Maka, Allah akan mempermalukan mereka di Hari Kiamat nanti. Na’udzubillahi min dzalik.

Perlu dipahami dalam masalah ini, bahwa amal-amal manusia ada yang bisa disembunyikan, seperti amal ibadah tertentu, dan ada amal-amal ibadah yang memang tidak mungkin disembunyikan. Contoh amal ibadah yang tidak mungkin disembunyikan adalah shalat berjamaah di masjid. Ini tidak mungkin disembunyikan karena seorang muadzin harus mengumandangkan azannya dengan suara yang keras dan merdu, yang memang tidak mungkin disembunyikan.

Selain itu, ada juga amal-amal ibadah lain yang merupakan syiar-syiar Islam, seperti ibadah haji dan umrah, yang tidak boleh disembunyikan. Ketika seseorang melaksanakan ibadah ini dan muncul rasa riya dalam dirinya, hendaknya ia segera menolak dan melawan rasa riya tersebut, serta tetap menjalankan tugasnya. Misalnya, jika ada seseorang yang ingin shalat berjamaah di masjid tetapi timbul rasa riya, lalu ia berkata, “Aku mau shalat di rumah saja karena aku takut riya kalau ke masjid,” tindakan ini tidak dibenarkan.

Amal seperti shalat berjamaah memang harus dilakukan di masjid dan tidak bisa disembunyikan. Jadi, jika muncul perasaan riya, seseorang harus melawannya, melawan hawa nafsu dan bisikan-bisikan riya itu, dan tetap menjalankan kewajibannya. Tetaplah pergi ke masjid, tetap kumandangkan azan, tetap lakukan umrah dan ibadah haji, serta amal-amal lain yang memang harus ditampakkan. Jangan sampai perasaan riya membuat seseorang meninggalkan amal-amal yang wajib atau sunnah yang memang seharusnya ditampakkan.

Lihat juga: Menjaga Shalat Berjamaah di Masjid

Sebaliknya, ada amal ibadah yang bisa disembunyikan, dan jika memungkinkan, sebaiknya disembunyikan. Contohnya adalah sedekah. Jika seseorang mampu menyembunyikan sedekahnya, maka hendaknya ia menyembunyikannya. Menyembunyikan sedekah memiliki keutamaan yang besar. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satu golongan tersebut adalah:

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

“Seorang yang memberikan sedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.”

Artinya, orang-orang terdekat dengannya, seperti istri, anak, atau sekretarisnya, pun tidak mengetahui bahwa dia memberikan sedekah.

Lihat juga: 7 Golongan yang Akan Dinaungi Allah di Hari Kiamat

Ada amalan-amalan yang bisa disembunyikan, seperti shalat tahajud di malam hari. Shalat tahajud ini lebih baik dilakukan di rumah tanpa perlu diumumkan. Kadang-kadang kita melihat keanehan pada sebagian kaum muslimin yang mengumumkan akan ada shalat tahajud dipimpin oleh imam tertentu di masjid. Ini adalah hal yang sebenarnya tidak perlu diumumkan karena bisa menimbulkan riya.

Berbeda dengan shalat tarawih di bulan Ramadhan, yang memang dianjurkan untuk berjamaah di masjid, shalat tahajud lebih afdhalnya dilakukan di rumah, tanpa diumumkan, sehingga tidak menimbulkan riya. Oleh karena itu, jika ada undangan shalat tahajud di suatu masjid, lebih baik tidak menghadirinya dan memilih untuk shalat di rumah, karena shalat di rumah lebih utama.

Shalat di masjid itu untuk shalat wajib, terutama bagi laki-laki yang tidak ada udzur, ia harus shalat di masjid. Adapun shalat tahajud dan shalat-shalat sunnah lainnya lebih baik dikerjakan di rumah. Secara ini, lebih tertutup dan lebih tersembunyi, tidak perlu diumumkan kepada manusia. Ini yang patut kita renungkan karena manusia memiliki hawa nafsu. Nafsu ini ingin dipuji, disanjung, dan dilihat oleh manusia, itulah tabiat nafsu.

Jika kita tidak melawan bisikan-bisikan nafsu tersebut, kita akan terjebak dalam amalan-amalan yang penuh dengan riya. Namun, jika kita melawan nafsu itu, insyaAllah kita akan selamat dari bahaya riya.

Jadi, amalan-amalan yang bisa disembunyikan sebaiknya disembunyikan, sedangkan amalan-amalan yang tidak bisa disembunyikan, seperti shalat Jumat, shalat berjamaah di masjid, haji, umrah, dan pengeluaran zakat, harus dilakukan secara terbuka.

Zakat, khususnya, lebih utama diumumkan. Hal ini karena ada dua manfaat utama dari pengumuman zakat:

  1. Menghilangkan Fitnah: Dengan mengumumkan zakat, bisa menghilangkan fitnah dari kaum muslimin yang mungkin akan berpikir bahwa seseorang tidak mengeluarkan zakat, terutama jika orang tersebut dikenal kaya.
  2. Menjadi Teladan: Pengumuman zakat juga mendorong kaum muslimin lain yang mampu untuk mengikuti jejak tersebut dan mengeluarkan zakat mereka. Zakat adalah rukun Islam dan sering disebut bersama dengan shalat dalam Al-Qur’an, lebih dari 70 kali, sehingga penting untuk diperhatikan.

Hadits berikutnya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْماً مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ – عز وجل – لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضاً مِنَ الدُّنْيَا ، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ القِيَامَةِ

“Barang siapa yang menuntut ilmu, yang mana seyogyanya untuk mengharapkan wajah Allah ‘Azza wa Jalla, namun dia tidak belajar kecuali untuk mendapatkan bagian dari dunia, maka orang tersebut tidak akan merasakan baunya surga di hari kiamat kelak.” (HR. Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad bin Hanbal.)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54442-menolak-dan-melawan-riya/